
Mencari rezeki adalah pintu-pintu pahala bagi seorang muslim. Peluh keringat capeknya bekerja keras adalah keutamaan baginya. Betapa tidak, jangankan letih yang dirasa, gundah yang kadang datang pun merupakan penghapus dosa. Rasulullah ﷺ menyampaikan kabar gembira ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa capek, sakit, gundah, kesedihan, gangguan, gelisah bahkan duri yang mengenainya kecuali Allah gugurkan dengan sebab itu kesalahan-kesalahannya.” Apalagi ketika disertai sikap sabar, pahalanya akan semakin besar dan berlipat. Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya balasan yang didapat karena musibah yang dialami adalah dihapuskannya dosa-dosa saja, kecuali ketika musibah tersebut sebagai sebab amal shalih seperti sabar, ridha, taubat dan istighfar, maka ia akan mendapatkan pahala dari amalan shalih yang dilakukan dalam menyikapi musibah tersebut”. [dinukilkan dari Fathul Majid]. Di antara bentuk sabar adalah tidak mengatakan ‘seandainya’, ketika Allah menunda keberhasilannya dalam usaha, karena hal ini akan membuka pintu syaithan untuk ikut campur dan memperkeruh masalah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila kalian tertimpa sesuatu, jangan katakan, ’Seandainya saya melakukan ini, tentu hasilnya akan demikian dan demikian’, tetapi katakan, ’qaddarallahu wamaa syaa fa’ala (Allah telah menakdirkannya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan Allah kerjakan)’, karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka pintu bagi syaithan.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu]. Penyesalan semacam ini hanya akan menambah beban masalah, menyebabkan patah semangat dan malas bekerja. Apalagi ketika syaithan mengambil kesempatan ini, maka tauhidnya akan digerogoti. Karena kata-kata ini menunjukkan adab yang jelek terhadap Allah dan takdir-Nya, seolah-olah sanggahan yang mengandung penentangan terhadap takdir Allah dan lemahnya keimanan orang tersebut terhadap qadha` dan qadar. Seorang mukmin akan tetap yakin bahwa apapun hasil usaha yang didapat, itulah yang terbaik baginya, karena semuanya atas kehendak Allah Yang Maha Dermawan lagi Bijaksana. Allah pilihkan yang paling bermanfaat baginya, sehingga akan selalu bersyukur atas karunia-Nya, senantiasa tumbuh tawakal kepada-Nya, tetap optimis setelah diserahkan kepada-Nya kemudian bangkit dan berusaha kembali. Sangat wajar, kesedihan itu ada, kegalauan muncul ketika usaha kerasnya belum membuahkan hasil, tetapi seorang mukmin akan mengembalikannya kepada Allah, mengadu dan memohon solusi kepada-Nya, ridha dengan qadha’ dan taqdir Allah. Setelah bersungguh-sungguh dalam mendapatkan kemaslahatan, kemudian mendapatkan sesuata yang tidak diinginkan jangan beranggapan bahwa hal ini hanya karena strategi yang salah. Tetapi justru seharusnya dia menerima ketetapan Allah, bertambah keimanannya, tenang hati dan jiwanya. Solusi sikap yang diberikan Rasulullah ﷺ ini adalah sebab terbesar untuk mendapatkan kedamaian hati dan sifat qona’ah (merasa cukup). Dan inilah keberuntungan yang hakiki sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sabdakan, ”Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, diberi kecukupan rezeki dan merasa cukup terhadap apa yang Allah karuniakan.” [H.R. Muslim dari sahabat Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu]. Selalu bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya, yakin kepada Allah bahwa apa yang Allah berikan sesuai dengan kebutuhan. Rasulullah ﷺ bersabda, “sesungguhnya rezeki datang dari Allah sesuai kebutuhan, dan kesabaran datang dari Allah sesuai musibah.” [H.R. Al Bazar dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anha dihasankan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah dalam Shahih At-Targhib]. Alhamdulillah. Allahu a’lam. (Ustadz Farhan) Referensi: Bahjatul Qulubil Abrar karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di v.

Sesungguhnya tujuan diturunkan Al Quran adalah untuk dibaca, dipahami dan diamalkan. Berapa banyak kita dapatkan dalam Al-Quran perintah untuk memahaminya, untuk mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman, كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan […]

Di antara nikmat terbesar yang Allah limpahkan kepada umat islam adalah Al-Quran, cahaya terang yang menunjukkan manusia dari gelapnya belantara kesesatan kepada jalan yang lurus, obat mujarab bagi hati dan badan yang sakit, serta penuntun keselamatan dunia dan akhirat. Begitu banyak sifat-sifat mulia Al Quran yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan kalam Ilahi ini. Di antara […]

Soal : Jika seseorang yang masih dalam wudhu terkena najis di bajunya, lalu dia membersihkan najis di bajunya tersebut, apakah harus mengulang wudhunya (yakni batal wudhunya, red.)? Jawab : Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Jika seseorang yang masih dalam wudhu terkena najis di badannya atau bajunya, wudhunya tidak terpengaruh (tidak batal). Karena, ini bukan […]

Bersin adalah nikmat yang sering terlupakan, begitu lega rasanya ketika hendak bersin kemudian bisa benar-benar terwujud. Bagaimanakah Islam mengajarkan cara mensyukuri nikmat ini? Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sungguh Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Apabila seseorang bersin kemudian memuji Allah (membaca alhamdulillah), maka setiap muslim yang mendengar wajib untuk menjawabnya.” [H.R. Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani Rahimahullah]. Ibnul Qayyim Rahimahullah menjelaskan, “Menjawabnya adalah fardhu ‘ain, karena diperintahkan dengan tegas.” Syaikh Al-Albani Rahimahullah mengatakan, “Ini adalah dalil yang jelas tentang wajibnya menjawab bersin bagi setiap yang mendengar (orang yang bersin membaca Alhamdulillah)”. Bagaimana menjawabnya? Jawabannya disebutkan dalam hadits berikut. Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka bacalah, ‘alhamdulillah’. Dan hendaknya saudaranya menjawab, ‘yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)’, apabila dijawab dengan, ‘yarhamukallah’, ucapkanlah,’ yahdikumullah wa yushlihu balakum (semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu serta memperbaiki keadaanmu)”. [H.R. Al-Bukhari]. Bagaimana jika yang bersin tidak membaca hamdalah? Jika yang bersin tidak mengucapkan ‘alhamdulillah’, orang yang mendengarnya tidak mendoakannya ‘yarhamukallah’. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Dua orang bersin di dekat Nabi ﷺ, beliau mendoakan yang satu dan tidak kepada yang lain, maka salah satunya bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau mendoakan ini tapi tidak mendoakan saya?” Beliau bersabda, “Karena yang ini membaca alhamdulillah, adapun engkau tidak.” (disebutkan dalam Shahih Al Adabul Mufrad). Bagaimana ketika bersin berulang-ulang? Apabila lebih dari tiga kali, tidak diharuskan menjawab doa bersin sebagaimana diterangkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ”Jawablah doa bersin sekali, dua kali, atau tiga kali. Selebihnya berarti influensa”. Bagaimana seandainya orang kafir yang bersin? Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, bahwa dahulu orang Yahudi sering menyengaja bersin di dekat Nabi ﷺ, dengan harapan didoakan oleh beliau ‘yarhamukallah’ tetapi beliau mendoakan, ‘yahdikumullah wa yuslihubaalakum (semoga Allah menunjukimu dan memperbaiki keadaanmu)’. Allahu a’lam. (Ustadz Farhan). (disarikan dari Syarh Shahih Al Adabul Mufrad).

Saat teriknya matahari menyapa di cuaca yang panas, potongan buah semangka merupakan sajian yang lezat. Tapi, pernahkah Anda memperhatikan ciptaan Allah yang satu ini? Mari kita perhatikan buah ini demi mengenal kebesaran Allah, Sang Pencipta buah yang menakjubkan ini. Semua ciptaan Allah tidak lepas dari hikmah-Nya. Segala ciptaan-Nya adalah tanda kemampuan dan kekuasaan Allah yang […]

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada padanya, […]

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Q.S. Ali ‘Imran:31]. Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya untuk cinta kepada Allah Rabb semesta alam. Bagaimana […]

Saat semburat cahaya Islam mulai terpancar di ufuk Mekah, banyak pihak memberikan reaksi. Ada yang langsung menyambutnya dan ada yang langsung menolaknya. Allah memilih siapa yang pantas menerima kemuliaan hidayah untuk memeluk Islam hingga akhir hayatnya, siapa yang ditunda keislamannya, dan siapa yang tetap di dalam kekafiran sehingga kekal di neraka kelak. Salah seorang yang […]

Cinta adalah asal-usul dan pokok dari amal perbuatan, baik perbuatan yang dibenarkan disisi syariat maupun yang tidak. Demikian pula, pokok amalan agama Islam adalah dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Jadi, segala keinginan yang menghalangi dan menandingi kesempurnaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah penghalang dari keimanan dan penyebab lemahnya iman. Jika penghalang cinta ini […]

Sebuah pengakuan tidaklah cukup menjadi tolok ukur kejujuran seseorang. Tetapi akan dapat diketahui kebenarannya setelah adanya bukti nyata atas pernyataan dan pengakuannya tersebut. Tatkala seseorang mengaku bahwa ia mahir mengoperasikan komputer, kita tentu tidak sepenuhnya percaya kepadanya kecuali setelah terbukti bahwa orang tersebut memang mampu melakukannya. Dalam perkara cinta pun demikian, betapa banyak kita saksikan […]